Header Ads

Pembalasan Jorge Martin di Mandalika

Gambar diambil dari YouTube

MotoGP musim 2024 menyisakan 6 seri dan beralih ke Benua Asia. Pertama, kami akan menuju seri Mandalika, Indonesia. Awal pekan lalu, BMKG memperkirakan adanya hujan di Sirkuit Mandalika. Namun, nyatanya, cuaca tidak sesuai prediksi, bahkan sepanjang akhir pekan, suhu udara Sirkuit Mandalika sangat panas mencapai 30 derajat celsius, sedangkan suhu lintasan meningkat menjadi 55 derajat. Kondisi ini memengaruhi fisik pembalap dan daya tahan ban Michelin.

Seri Mandalika menjadi salah satu seri paling krusial bagi Pecco Bagnaia dan Jorge Martin untuk bersaing memperebutkan gelar juara dunia MotoGP 2024. Balapan sprint kemarin terasa menjadi deja vu tahun lalu, di mana Martin terjatuh saat memimpin jauh dan Pecco juara. Pada balapan kali ini, Martin ingin melakukan balas dendam usai selalu terjatuh di Mandalika, baik pada 2022, 2023, maupun sprint tahun ini. Apakah Martin berhasil meraih poin pertama di Mandalika dengan kemenangan? Ayo kita cari tahu.

Awal balapan yang kacau

Seperti balapan sprint kemarin, Martin melakukan start dengan mulus. Sedangkan Marquez, yang start dari posisi ke-12, merangsek ke posisi ke-7. Pedro Acosta naik ke urutan 2 usai menyalip Bagnaia di tikungan 2.

Di barisan tengah, insiden karambol terjadi antara Aleix Espargaro (Aprilia), Luca Marini (Honda), Alex Marquez (Gresini), dan Jack Miller (KTM di tikungan 3. Untung saja, tidak ada yang cedera, tetapi mereka tidak bisa melanjutkan balapan. Sementara Pecco terus kehilangan beberapa posisi hingga akhir putaran pertama.

Pada putaran ke-3, persaingan terjadi antara Marquez dan di Giananntonio untuk merebut posisi ke-7. Mereka ini masing-masing berasal dari tim BUMN (Pertamina) dan swasta (Federal Oil). Namun, sayang sekali mereka bukan berebut posisi juara maupun podium, melainkan berebut 6 besar.

Perebutan tempat ke-3 dan ke-6 makin seru

Pada putaran ke-5, Franco Morbidelli berhasil menyalip Bastianini untuk merebut posisi ke-3. Ini adalah performa terbaik Morbidelli sepanjang musim ini, setelah terseok-seok di awal-awal musim. Franky bahkan sama sekali belum pernah finish podium sejak Jerez 2021.

Pada putaran berikutnya, Marquez mencoba menyalip Pecco di tikungan 1, namun melebar sehingga harus merelakan posisinya ke pembalap Ducati Lenovo tersebut, bahkan di Giananntonio.menyalipnya kembali sehingga ia kembali merosot ke posisi 8.

Lalu, Diggia mengambil alih posisi ke-6 di tikungan 13, namun ia melebar di tikungan berikutnya dan harus kembali disalip Bagnaia.

Persaingan antar tim BUMN dan Swasta kian panas lagi. Diggia kembali menyalip Marquez di tikungan 10, tetapi Marc merebutnya kembali di itkungan 11. Aksi ini membuat Pecco sedikit menjauh dari mereka yang mulai kesulitan. Bahkan mereka kembali saling salip-menyalip hingga putaran ke-8 berakhir.

Namun, pada putaran berikutnya, Diggia ketiban sial usai terjatuh di tikungan 10. Ada kemungkinan besar bahwa ban lunak miliknya sudah tidak bisa menahan suhu lintasan yang sangat panas. Dia berhenti dari balapan. Sementara Martin mulai menjaga jarak di barisan depan dengan gap mencapai 1,4 detik dari Acosta.

Setelah sempat kesulitan di putaran-putaran awal, Bagnaia mulai menunjukkan kecepatannya dengan mencatatkan putaran tercepat dengan 1.30.750. Ia mulai menempel rombongan pertama yang dipimpin oleh Morbidelli dan meninggalkan Marquez yang keteteran di posisi ke-7, hanya karena motor yang sudah terlalu tua.

Kutukan Marquez-Mandalika kembali berlanjut lagi

Pada putaran ke-12, Marquez mengalami masalah mesin pada motor GP23nya, sehingga mengeluarkan api di bagian bawah motornya. Dia pun harus menepi dan keluar dari balapan. Hal ini menambah catatan buruk Marquez di Mandalika seperti Charles Leclerc di F1 Monaco pada 2017-2023. Sebelumnya, Marc tidak bisa mengikuti balapan akibat penyakit diplopia usai kecelakaan di sesi pemanasan, lalu ia gagal finish pada tahun berikutnya usai crash.

Usai kembali ke paddock, Marquez menyebut bahwa ia ingin mengganti alat pemadam kebakaran karena motornya terbakar akibat masalah mesin. Saya sudah melihat onboard Marquez bahwa sebelum terbakar, mesin GP23nya sudah mati mendadak. Sepertinya Marc bakar-bakar sate sambil menonton balapan, bukan? Ia sekarang sudah tidak tahu lagi caranya finish di Mandalika. Hadehhh....

Bastianini dalam mode Beast Mode, akan tetapi...

Pada saat memasuki pertengahan balapan, Enea Bastianini mulai menunjukkan kecepatan yang sebenarnya seperti The Beast. Ia berhasil memanfaatkan kesalahan Bezzechi di tikungan 16 untuk mengambil alih posisi ke-4.

Pada putaran berikutnya, Bastianini sudah mulai menempel Morbidelli untuk memperebutkan posisi ke-3. Namun, Morbidelli berhasil mempertahankan posisinya usai sempat melebar di tikungan 11.

Pada putaran ke-17, Bastianini akhirnya berhasil menyalip Morbidelli di tikungan 12 untuk mengambil alih posisi ke-3 dan mulai mengejar Acosta. Gap antara Bastianini dan Acosta mencapai 2,8 detik. Dengan kecepatan yang sangat cepat di putaran-putaran akhir, apakah Bastianini berhasil memenangi balapan Mandalika?

Sementara itu, di depan, Acosta berhasil memangkas jarak dengan Martin hingga 0,9 detik. Bastianini mulai meninggalkan rombongan akademi VR46 dengan jarak mencapai 1,2 detik.

Pada putaran ke-21, Bastianini sedang mengejar Acosta untuk perebutan posisi kedua. Hingga akhirnya.... DUAR! Bastianini malah terjatuh saat mencoba untuk mengejar Acosta. Apes banget, karena ia sedang berburu meraih kemenangan dalam dua seri beruntun. Dengan gagal finishnya Bastianini dan Marquez di Mandalika, persaingan juara dunia MotoGP 2024 hanya menyisakan dua pembalap saja, Martin dan Bagnaia.

Pecco menjaga asa juara dunia menuju finish di rombongan murid VR46

6 putaran jelang balapan berakhir, Bezzechi melebar saat mencoba menyalip Morbidelli. Hal ini dimanfaatkan Bagnaia untuk merebut posisi ke-4. Dengan ban depan lunak yang sudah kehilangan cengkeraman, ia pun keteteran mengejar Pecco dan Franky.

Pada putaran berikutnya, Pecco memanfaatkan slipstream dari Morbidelli untuk merebut posisi ke-3 di tikungan 10.

Kutukan berujung pembalasan bagi Martin di Mandalika

Martin menjaga jarak dari Acosta hingga bendera finish dikibarkan. Ia berhasil menang dengan jarak 2 detik. Ini adalah kemenangan pertama Jorge Martin sejak GP Perancis, Mei lalu. Setelah masa-masa kelam usai terjatuh pada 2 tahun terakhir, kutukan Mandalika akhirnya berakhir dengan kemenangan ini. Hal ini sekaligus menjadi penebusan dan balas dendam bagi Martin usai terjatuh pada musim lalu dan juga sprint.

Acosta, yang berhasil finish kedua, diinvestigasi akibat pelanggaran tekanan ban. Saya sudah mulai sakit dengan keputusan ngawur tersebut. Bukan hanya Acosta yang diinvestigasi, tetapi juga Brad Binder dan Taka Nakagami. Jika Acosta terbukti bersalah, ia harus kehilangan podiumnya dan turun ke posisi ke-9. Pantas saja ia tidak bersemangat di podium, tidak seperti biasanya. Semoga saja aturan tersebut ditiadakan mulai 2025 dan seterusnya. Beurntung, ia berhasil mempertahankan posisi ke-2 karena tekanan bannya berada di bawah batas maksimum sehingga dinyatakan lolos penalti oleh steward.

Dari 21 pembalap yang mengikuti balapan, hanya 12 pembalap yang menyelesaikan balapan, sebagian besar terjatuh akibat suhu Mandalika yang sangat panas. Saya juga mengeluhkan aspal sirkuit yang terlalu panas. Ada juga yang menyebut bahwa aspal sirkuit Mandalika tersebut berasal dari bekas kuburan. Ngeri banget, bukan?

Dengan 5 seri tersisa, Martin kokoh lagi memimpin klasemen dengan selisih jarak 21 poin dari Bagnaia. Tekanan demi tekanan juga harus diberikan satu sama lain untuk merebut gelar juara dunia MotoGP 2024. Apakah persaingan Martin dan Pecco akan berlanjut hingga Valencia? Kita lihat saja nanti.

No comments

Menang di Assen, Marc Marquez Samai Rekor Agostini

Tak terasa MotoGP 2025 sudah memasuki seri ke-10. Kali ini, kami berada di sirkuit Assen, Belanda. Sirkuit Assen sudah dikenal baik oleh pub...

Powered by Blogger.