Kisah Marc Marquez yang Mulai Tunjukkan Kebangkitan Usai Masa Sulit
MotoGP 2024 telah selesai digelar satu pekan lalu. Semua pembalap menjalani masa istirahat musim dingin selama 3 bulan usai menjalani sesi tes pramusim di Barcelona, Selasa lalu. Saya tidak merasa waktu berjalan cepat begitu saja. Di klasemen akhir, ada seorang raja MotoGP sekaligus juara dunia 8 kali yang berhasil bangkit dari masa sulit pasca cedera tulang humerus pada 2020 silam.
Ia adalah Marc Marquez, yang sudah membuktikan diri bahwa ia siap bersaing di barisan depan sejak bergabung dengan tim Gresini Ducati. Namun, perpindahan tim ini bukan berarti Marc bisa juara dunia MotoGP 2024 karena ia menggunakan motor bekas Ducati GP23. Pada sesi tes pramusim, ia mengalami banyak masalah teknis beberapa kali sehingga ia membutuhkan banyak waktu untuk bisa beradaptasi dengan motor asal Bologna tersebut.
Awal musim, Marc sedikit demi sedikit bisa beradaptasi dengan Ducati
Saat musim MotoGP 2024 dimulai di Lusail, Qatar, Marquez meraih hasil yang lumayan cukup bagus di sprint, tepatnya di posisi ke-5. Pada balapan utama, ia bahkan bersaing dengan sang rookie Pedro Acosta yang masih gacor di awal-awal musim. Marc akhirnya berhasil finish ke-4 yang berbuah senyuman di garasi karena motor Ducati jauh mudah dikendarai dibandingkan dengan Honda.
Gambar diambil dari YouTube
Di Portimao, Marquez berhasil menjadi tercepat di sesi latihan pertama. Tetapi, ia justru terjatuh 2 kali saat memacu motor untuk mempertajam catatan waktu. Duh Marc, ini motor Ducati, bukan Honda lagi. Kenapa ia menggunakan gaya balap yang sama seperti yang ia lakukan saat masih di Honda? Saya harap Marc tidak boleh sering jatuh di seri-seri berikutnya.
Omong-omong soal jatuh, Marc berhasil finish ke-2 di balapan sprint. Namun, saat balapan, ia justru kembali kesulitan untuk menyaingi Jorge Martin, bahkan ia kembali disalip oleh Acosta, lalu ia bersenggolan dengan Bagnaia di tikungan 5. Friendly fire. Ia nekat menyalip Pecco untuk merebut posisi ke-5, tetapi justru berakhir dengan drama. Pecco pun terhenti, sedangkan Marc masih bisa lanjut balapan meski hanya finish di posisi ke-16.
Gambar diambil dari YouTube
Seri Austin menjadi seri penting di mana Marc mengakhiri puasa kemenangannya sejak Misano 2 2021. Jika berhasil, jarak antar kemenangan di Emilia Romagna 2021 dan Austin 2024 adalah 903 hari. Apakah ia berhasil?
Namun, kenyataannya justru gagal, karena ia terjatuh di tikungan 10 pada pertengahan balapan usai menyalip Pedro Acosta di tikungan 1. Kecelakaan tersebut terjadi akibat rem depan yang bermasalah. Tampaknya Tuhan belum bisa memberi kemenangan yang sudah kita tunggu kepada pembalap 31 tahun tersebut.
Gambar diambil dari YouTube
Ketika Marquez akhirnya gacor dengan Ducati
Seri Jerez telah disebut-sebut bahwa Marc telah mempelajari data tentang motor Ducati. Dia juga mengamati agar semua data motor GP23 miliknya sama dengan data GP24 Bagnaia. Pada sesi kualifikasi, ia berhasil meraih pole ke-93 sepanjang karirnya, sekaligus pole pertama sejak Motegi 2022. Akan tetapi, keberuntungan belum berpihak pada dirinya, saat ia terjatuh saat memimpin balapan sprint di tikungan Angel Nieto. Dia merupakan salah satu dari beberapa pembalap yang terjatuh karena kondisi lintasan yang masih basah di beberapa bagian sirkuit.
Saat balapan tersisa lima putaran, Marc bersaing ketat dengan Pecco dengan menyalipnya di tikungan Angel Nieto, bahkan nyaris saja bersenggolan sehingga usaha Marc untuk melawan Pecco berakhir sia-sia karena GP23 miliknya tidak kuat menahan beban dan harus mengakui keunggulan GP24 milik Pecco yang berjaya di kandang musuhnya. Meski begitu, finish kedua sudah cukup bagus untuk meraih podium pertamanya bersama Ducati.
Gambar diambil dari YouTube
Gambar diambil dari SPOTV ASIA
Di Le Mans dan Catalunya, Marquez menjalani sesi latihan bebas biasa-biasa saja. Tetapi, ia justru kesulitan di kualifikasi, bahkan tidak bisa mencapai Q2 dan harus puas start di posisi ke-13 dan ke-14. Marc pun menjadi tontonan favorit bagi semua penonton, baik di grandtand mapun di rumah. Dia melakukan epic comeback yang luar biasa pada masing-masing balapan sprint, di mana ia berhasil finish kedua. Hal serupa terjadi di balapan utama, saat ia berhasil menyalip Pecco Bagnaia di putaran terakhir di Le Mans untuk finish kedua, sedangkan ia berhasil finish ketiga setelah bertahan dari kejaran Aleix Espargaro di Catalunya. Akhir-akhir ini Marc membuat balapan MotoGP menjadi lebih seru sejak pindah ke Gresini, terutama saat posisi startnya hanya di barisan tengah. Akan tetapi, peluang kemenangan Marquez akan segera datang, seiring berjalannya waktu.
Atas keberhasilan tersebut, Gigi Dalligna memutuskan untuk memilih Marquez sebagai rekan Pecco Bagnaia di tim Ducati Lenovo untuk musim 2025 dan 2026. Saya tidak sabar untuk menonton persaingan Marc-Pecco di musim depan. Lineup ini membuat saya teringat pada Rossi-Lorenzo di Yamaha pada 2008-2010 dan 2013-2016.
Usai gemilang, performa Marc mulai naik-turun
Setelah dua balapan yang begitu mencengangkan, Marquez menjalani akhir pekan yang sulit di Assen. Dia terjatuh di kualifikasi dan di balapan sprint. Kemudian, ia bersaing ketat dengan Fabio di Giannantonio untuk memperebutkan posisi ke-3. Namun, di akhir balapan, ia harus puas finish ke-4 usai kalah dari Bastianini. Tak lama kemudian, ia terkena hukuman penalti 15 detik karena pelanggaran batas tekanan ban. Hal yang diduga jadi penyebabnya adalah Marc sengaja membiarkan di Giannantonio menyalipnya di tikungan 12 untuk menjaga cengkeraman ban belakang yang sudah habis. Akibatnya, ia tercecer dari posisi ke-10 dari posisi ke-4.
Di Sachsenring, Marc terjatuh cukup keras di tikungan 11 usai kehilangan kendali ban depan. Kecelakaan ini membuatnya cedera jari dan tulang rusuk kanan. Untung saja, ia dinyatakan fit untuk mengikuti sisa akhir pekan. Marc bahkan harus puas start dari posisi ke-13. Comeback sejak cedera pun berakhir penuh keajaiban yang luar biasa, karena ia berhasil finish ke-2 dengan kaca dasbor pecah usai tabrakan dengan Franco Morbidelli pada putaran ke-23 di tikungan 1.
Silverstone dan Austria menjadi akhir pekan yang buruk bagi Marquez. Dia hanya konsisten di sesi latihan bebas dan kualifikasi. Buruknya performa motor GP23 jadi penyebab kemunduran Marc. Ia terjatuh di masing-masing balapan sprint dan finish ke-4 di masing-masing balapan utama. Peluang juara dunia pun kian menipis, bahkan ia kehilangan posisi ke-3 dari Enea Bastianini yang baru menang di Silverstone.
Setelah 1043 hari, akhirnya Marquez juara!
Seri Aragon menjadi seri yang sangat dinantikan Marquez untuk meraih kemenangan. Ia memimpin hampir semua sesi, mulai dari sesi latihan hingga kualifikasi. Sudah lama sekali saya melihat dominasi Marquez seperti ini sejak 2019. Ia berhasil memenangkan sprint pertama. Lalu, dominasi tersebut berlanjut hingga kemenangan pertama yang akhirnya berhasil diraih Marquez sejak Emilia Romagna 2021. Akhirnya, Marquez menang juga, tepatnya di kandang sendiri. Apalagi Sirkuit MotorLand Aragon arah lintasannya anti-clockwise, yang menjadi favorit Marquez sepanjang karier balapan, baik di dalam maupun luar sirkuit. Hal ini sekaligus menjadi kemenangan ke-6 di Aragon setelah 2013, 2016, 2017, 2018, dan 2019.
Gambar diambil dari YouTube
Tak hanya itu, ia juga berhasil memenangi balapan di Misano yang diguyur hujan gerimis pada lap-lap awal. Kemenangan tersebut diraih dengan memanfaatkan pengalaman flag-to-flag yang sudah pernah ia lakukan di Sachsenring 2016, Misano 2015, dan Brno 2017. Ia juga berhasil finish ke-3 melalui jalur giveaway setelah Pecco terjatuh di putaran ke-21. Hal ini membuktikan bahwa Marquez masih bisa meraih gelar juara dunia 2024. Tetapi, peluang tersebut tidaklah mudah untuk dilakukan.
Lupakan juara dunia, fokus perebutan peringkat ke-3
Di tengah kebangkitan yang sudah berhasil diwujudkan, ternyata kutukan Mandalika masih berlanjut bagi Marquez. Dia kembali gagal finish karena mesin motornya mengeluarkan api pada putaran ke-12. Ada dugaan kuat bahwa Marc mengeluhkan terjadinya masalah dengan APARnya sehingga api di motornya sulit dipadamkan.
Di Motegi, Marc bertahan dari serangan Bastianini untuk memperebutkan posisi ke-3 di balapan yang disebut 'membosankan' bagi dirinya dan semua penonton. Satu seri kemudian di Australia, Marquez mengalami start yang buruk usai membuang tear-off sembarangan di sebelah ban belakangnya. 4 putaran jelang finish, Marquez menunjukkan aksi overtake Jorge Martin yang menakjubkan di tikungan 4 untuk meraih kemenangan ketiganya musim ini.
Gambar diambil dari MotoGP
Setelah berhasil menang di Australia, nasib buruk kembali menimpa Marquez di Buriram dan Malaysia. Sudah konsisten di balapan sprint, dia malah terjatuh di kedua balapan utama Apalagi saat bersaing dengan Bagnaia untuk berebut posisi pertama di Buriram Kecepatan Marc terlalu melebihi batas di tikungan. Sehingga akhirnya harus puas finish di posisi ke-11 dan ke-12.
Sebelum seri terakhir di GP Barcelona, Marquez menegaskan bahwa posisi ke-3 tidak penting baginya karena ia seorang juara dunia 8 kali. Sedangkan Bastianini menyebut bahwa posisi tersebut sangat penting karena jika berhasil finish di peringkat ke-3, maka ia mendapatkan uang senilai 900K euro (Rp 15 M).
Namun, kenyataannya, Bastianini malah mengalami kesulitan besar di balapan utama. Ia hanya finish ke-6 di belakang Aleix Espargaro. Sedangkan Marquez finish ke-2. Itu berarti posisi ke-3 sudah menjadi milik Marquez. Ini adalah posisi tertinggi yang diraih di klasemen akhir sejak 2019.
Setelah menunjukkan kebangkitannya di 2024, Marquez akan siap bersaing memperebutkan gelar juara dunia 2025 setelah bergabung dengan tim pabrikan Ducati. Saya akan memberikan harapan sebesar-besarnya agar ia berhasil kembali juara dunia. Kita tunggu saja persaingan Pecco dan Marquez di musim depan.
Post a Comment