Header Ads

Kisah Pecco Bagnaia yang Selalu Ikhlas dalam Menghadapi Masalah

Sudah dua minggu sejak MotoGP 2024 berakhir. Kadang ketika musim balap sedang berlangsung, waktu berjalan sangat cepat. Sedangkan saat menunggu awal musim depan, waktu justru berjalan dua kali lebih lambat. Kangen gak sih dengan keseruan para pembalap di lintasan MotoGP?

Untuk mengobati rasa kangen, saya akan menceritakan kisah tentang perjalanan 3 besar pembalap sejauh musim ini. Setelah Marc Marquez, kali ini saya akan menceritakan kisah tentang seorang juara dunia yang mencatat kemenangan demi kemenangan, tetapi sedikit demi sedikit ia mendapat zonk sehingga ia harus kehilangan gelarnya.

Dia adalah Francesco 'Pecco' Bagnaia, seorang juara dunia 2 kali sekaligus murid Valentino Rossi yang memiliki gaya balap mulus, tangguh, peka terhadap tekanan apa pun, dan santai dalam berbagai macam masalah yang dialaminya sepanjang tahun ini.

Awal musim yang naik-turun

Sebelum musim 2024 dimulai, Pecco telah memperpanjang kontrak dengan tim Ducati Lenovo hingga akhir musim 2026. Ia telah mempersiapkan diri untuk meraih gelar juara dunia ketiga berturut-turut. Di seri Lusail Qatar, Pecco menang mulus dengan gap yang lumayan jauh, 3,1 detik. Tak ada satupun kesalahan di setiap sesi baik latihan, kualifikasi, sprint, maupun balapan.

Tetapi, nasib buruk menimpa Pecco di Portimao. Ia bersenggolan dengan Marc Marquez di tikungan 5 saat bersaing memperebutkan posisi ke-5 saat balapan tersisa tiga putaran. Dia harus berhenti dari balapan. Bahkan, ia juga kehabisan mental usai sang rival, Jorge Martin, berhasil meraih kemenangan di balapan itu dan tertinggal 23 poin.

Selanjutnya, Pecco menjalani akhir pekan yang buruk di Austin. Sepanjang akhir pekan, dia mengalami banyak kesulitan pada grip ban belakang di sesi latihan bebas dan kualifikasi akibat terlalu banyak wheelspin di tikungan 9 dan 16-18. Dia bahkan kesulitan untuk menyamai pace Maverick Vinales yang begitu ampuh dan cepat. Pecco juga harus kehilangan beberapa poin dari Jorge Martin setelah finish ke-5. Meski begitu, Pecco tetap santai untuk fokus menjalani seri-seri di mana ia sering menang, terutama pada musim lalu.

Di Jerez, Pecco kembali harus menerima kenyataan buruk akibat gagal finish di sprint usai bersenggolan dengan Marco Bezzechi dan Brad Binder di tikungan 1. Keesokan harinya, Pecco akan segera memulihkan diri. Pada putaran pertama, ia menciptakan aksi overtake yang luar biasa sepanjang musim 2024. Tepatnya saat ia menyalip Bezzechi dan Martin dari luar di tikungan Pedrosa! Manuver yang sangat menakjubkan! Hanya untuk sesaat, Pecco berhasil menyalip Marquez di tikungan terakhir untuk memimpin balapan. Setelah bersaing ketat dengan Marquez di putaran-putaran terakhir, Pecco berhasil meruntuhkan pesta kemenangan pertama Marc dengan kemenangan hattrick di Jerez.

Gambar diambil dari SPOTV ASIA

Di Le Mans, nasib buruk lagi-lagi menimpa Pecco di balapan sprint. Ia mengalami masalah gearbox pada motornya hanya dalam beberapa tikungan sehingga ia harus masuk pit dan berhenti dari sprint. Hal ini membuat Pecco kembali kehilangan poin dari Martin. Nasibnya kian lebih buruk usai Jorge Martin berhasil juara dan Marc Marquez menyalipnya di putaran terakhir.

Saya tidak bisa berkata apa-apa terkait balapan sprint karena lagi dan lagi Pecco kehilangan poin dari Martin usai terjatuh di putaran terakhir saat memimpin sprint di Barcelona. Dia sudah mulai kehilangan mentalnya, bukan?

Sejak sprint Catalunya, Pecco sulit tertandingi

Usai terjatuh di sprint, Pecco bertekad untuk memulihkan fisik dan mental yang berantakan. Dan usaha demi usaha untuk membangkitkan diri dari kegagalan akhirnya membuahkan hasil. Dia berada di urutan ke-2 sepanjang balapan usai Pedro Acosta terjatuh di tikungan 10. 6 putaran jelang finish, Pecco menyalip Martin untuk memimpin balapan. Berbagai macam kesalahan yang diterimanya pun berhasil dibalas dengan kemenangan, yang sekaligus mengakhiri kutukan di Catalunya karena belum pernah finish podium maupun kemenangan sebelum musim ini.

Pecco menjalani akhir pekan yang dominan dan berhasil memenangi balapan sprint dan balapan utama di Mugello dan Assen. Sudah saya duga, kedua balapan tersebut dianggap membosankan karena begitu Pecco ngacir di depan, tidak ada lagi lawan yang bisa menantanginya.

Gambar diambil dari Behind Grand Prix

Di Sachsenring, Pecco memanfaatkan kesalahan besar Martin untuk meraih kemenangan ke-4 berturut-turut sejak 2022 dan merebut pimpinan klasemen sementara dengan selisih 10 poin menjelang jeda musim panas. Dengan hal ini, gelar ketiga Pecco akan menanti dia.

Berlanjutnya persaingan Pecco dan Martin

Usai jeda musim panas, Pecco kembali melanjutkan persaingan dengan Jorge Martin untuk meraih gelar juara dunia ketiganya. Namun, di Silverstone, Pecco harus merelakan poin dan pimpinan klasemennya dari Martin usai bangkit dari kesalahan besar dengan selisih hanya 5 poin. Persaingan tersebut semakin ketat usai Pecco kembali mengambil alih pimpinan klasemen berkat kemenangan ke-7 musim ini di Austria.

Seri Aragon menjadi mimpi buruk bagi Pecco. Baik di balapan sprint maupun balapan utama, Pecco mengawali start dengan buruk karena berada di bagian lintasan yang sangat kotor sehingga memengaruhi grip ban depan dan belakang. Bahkan, dia kalah dari pembalap pabrikan Jepang, Fabio Quartararo di balapan sprint dan harus puas finish ke-8. Kekecewaan Pecco pun tak terhindarkan setelah gagal melanjutkan balapan utama akibat bersenggolan dengan Alex Marquez di putaran ke-18. Tak hanya itu, ia juga kembali kehilangan pimpinan klasemen dengan selisih 23 poin dari Martin.

Gambar diambil dari MotoGP & F1

Setelah finish kedua di Misano, Pecco berusaha keras untuk memenangi balapan di balapan Misano jilid kedua. Sempat tercecer ke urutan ketiga karena masalah ban, Pecco berusaha menyamai pace Jorge Martin, tetapi usahanya berjalan sia-sia dan terjatuh saat balapan tersisa 7 putaran.

Seperti biasa, Pecco bangkit dari kegagalan dengan meraih podium ketiga di Mandalika dan Australia serta kemenangan di Motegi untuk tetap meramaikan perebutan gelar juara dunia hingga seri terakhir.

Cetak rekor, tetapi tidak cukup untuk juara dunia

Pecco kembali berhasil meraih kemenangan usai bersaing sengit dengan Marquez di pertengahan balapan di Buriram. Lalu, di seri Sepang, Pecco terjatuh di balapan sprint, yang merupakan kesalahan terbesar sepanjang musim ini. Peluang juara dunianya nyaris kandas usai Jorge Martin menang di sprint. Namun, keesokan harinya, Pecco bersaing ketat dengan Martin di tiga putaran pertama. Pecco tidak mau menyerah dalam hal apa pun. Ia menunda pesta juara dunia Martin dengan meraih kemenangan ke-10 musim ini dan melanjutkan perebutan gelar juara dunia di Barcelona jilid 2.

Gambar diambil dari MGP

Pecco meraih kemenangan ke-11 di Barcelona jilid 2, sekaligus menyamai beberapa juara dunia yang berhasil meraih lebih dari 10 kemenangan salam satu musim, termasuk Valentino Rossi. Namun, pencapaian tersebut tidak cukup untuk meraih gelar juara dunia ke-3 dan harus mengakui kehebatan Jorge Martin dalam menjaga mental juara dunianya. Dia juga kehilangan nomor 1 yang kini jatuh di tangan sang rival tersebut dan kembali menggunakan nomor balap 63 untuk musim depan. Bahkan, dia juga menjadi pembalap pertama dengan kemenangan terbanyak yang gagal menjadi juara dunia. Sebuah rekor langka yang tidak ingin diraih oleh siapa pun. Meski begitu, ia tetap santai dan menatap musim 2025 dengan balas dendam untuk bersaing demi gelar juara dunia dan meraih kembali nomor 1. Kita lihat pembalasan Pecco dalam 3 bulan yang akan datang.

No comments

Menang di Assen, Marc Marquez Samai Rekor Agostini

Tak terasa MotoGP 2025 sudah memasuki seri ke-10. Kali ini, kami berada di sirkuit Assen, Belanda. Sirkuit Assen sudah dikenal baik oleh pub...

Powered by Blogger.